Berapa kalikah dalam sehari anda cek status updates Blackberry anda dalam sehari?
kalau saya, cukup sering... salah satu waktu favorit saya cek status update adalah jam 5 sore. kenapa?
karena pada jam tersebut terkada ng kita mendapatkan preview info lalu lintas yang akan dihadapi ketika pulang dari kantor.
dan ada satu status update contact di BB yang menulis "Syariah kok Denda! itu mah riba kali..." dari salah seorang teman lama. dan entah kenapa tangan ini gatal untuk memberi reaksi terhadap status update tersebut...
Messages:
---------
Bayu
Jubido:
§ Denda tetep ada
cha, tapi gak masuk ke keuntungan bank... Masuk ke account buat dana sosial...
Dana Qardhul Hasan istilah arabnya...
§ Sesuai kata2
ustadz sebelumnya... Yg namanya denda itu dibolehkan dengan tujuan sebagai notifikasi
atau punishment pada mudharib karena lalai dalam melaksanakan kewajibannya...
§ Emang kena denda
kenapa cha?
IcHa :
·
Huahahaha
·
Ngerasa:p
·
Telat
bayar..hahahha
Bayu
Jubido:
§ Takutnya salah
persepsi aja...
§ Dasar statement
blg denda itu riba apa coba?
IcHa :
·
Hooo..
·
Jd
itu bwt dana sosial gt ya?
Bayu
Jubido:
§ Jadi...
§ Coba diperhatiin
di akad pembiayaan...
§ Disana harusnya
siy ada klausul mengenai apa kewajiban dari masing2 pihak
§ Plus tindakan2
lanjutan bila ada kelalaian pada salah satu pihak
Icha :
·
Emang
ada d akad sehari skitar 5000
·
Tp
klo temen gw d muamalat mah ada toleransi dlu 1 bln
Bayu
Jubido:
·
Semua
tergantung tulisan di akad...
IcHa :
·
Gw
jg pernah d bank syariah, klo telat pembayarannya sama nilainya sgtu
Bayu
Jubido:
§ Dia ada toleransi
1 bln, bisa jadi diawal sudah ada pencadangan pembayaran angsuran senilai 1
bulan
§ Jadi ada
toleransi sebulan...
IcHa :
·
Iya,
d akadnya emg ada ky deposit gt
Bayu
Jubido:
§ Tergantung
masing2 bank kan...
§ Tapi kalau
periode waktunya fixed
§ Soalnya kita kan juga comply sama peraturan BI
IcHa :
·
Iya
tergantung
·
trs
gw mah dkasih tau ustad, klo telat bayar ada denda sama aja riba
·
Gt
ktnya
Bayu
Jubido:
§ Kalau telat bayar
judulnya kesalahan di pihak siapa?
§ kalau transaksi
bersifat antar personal... Pribadi...
§ Okelah telat
bayar dikasih denda dianggap riba...
§ Kalau secara
individu ke individu... Let say gw pinjem uang ke elo...
IcHa :
·
Hooh,
trs
Bayu
Jubido:
Bentar
ya... Bos gw tiba2 mampirin niy...
IcHa :
·
Siiipp
Bayu
Jubido:
§ Jadiii... Kalau
secara individu kita minjem ke org... Terus pas org yg minjem ke kita blm bisa
kita balikin... Kita minta duit yg dibalikin lebih gede dari pinjaman dia...
Iya bener itu diitung riba... Tapi kalau perjanjian kerjasama kaya nasabah sama
bank, kebayang gak bagaimana pembukuannya kalau org telat bayar gak masalah/
dibiarin...
§ Tapi hitungan
denda dari pembiayaan di bank syariah itu dimasukkan ke dalam suatu rekening yg
ditujukan utk dana sosial...
§ Istilahnya
qardhul hasan
§ Dan itu semua ada
di pejanjian pembiayaan
§ Dan kayanya
kurang pas bila dikategorikan jadi Riba...
§ Karena denda itu
sudah diketahui oleh semua pihak pada awal akad
IcHa :
·
Hoo
gt..jd intinya d akad nya ya?
Bayu
Jubido:
§ Yoa...
§ Dan Bank biar
gimana juga kan institusi yg nyari profit
§ Pasti di akad
semua aspek sdh diperhitungkan utk meminimalisir kerugian...
IcHa :
·
Iya,
klo mslh profit mah pasti ada..kan harganya pun udh dinaikin dr harga asli
Bayu
Jubido:
§ Iya... Tapi kan
bank juga ada pengeluaran operasional cha...
§ So denda is not
riba ya bunda ziya...
IcHa :
·
Iyeee..
Bayu
Jubido:
§ Sekarang ganti
status elo! Rusak image syariah dehh... :D
§ Lagi jadi pelajar
niy judulnya ya bukan praktisi perbankan gw...
IcHa :
·
Mksdnya
pelajar apaan?
Bayu
Jubido:
§ Kmrn dosen gw
bilang... Kalo ada yg kurang tepat, ya dikasih tahu.. Biar gak salah...
§ :)
IcHa :
·
Iyeee
dgantiiiiii..X_X
·
Hooo
gt..pas doonggg gw jd contoh kasus :P
Bayu
Jubido:
§ Makasiy
ichaaa....
§ :)
IcHa :
v Nih bay, nanya lg
ya
v Knp punishmentnya
denda? Kan rumahnya pun udh a.n bank
v Bisa aja bank
ambil rumahnya sbg punshment..rumahnya itu yg jd jaminan
v Pertanyaan ke2,
denda krn ga bisa bayar, orang ga bisa bayar ko malah dtambah beban lain..
v Pertanyaan 3,
kalo yg jd poinnya d akad, tp dlm akad, nasabah ga pny posisi tawar, krn pas gw
tanya, "ko ada denda? Kan syariah" niaga jwb, "sdh
ketentuan"
v Bukannya klo
syariah, akad itu berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak ya?
v Pertanyaan 4,
kmrn s mba yg nlp gw blg, "besok terakhir ya, bu" trs klo bsk gw msh
ga bisa bayar knp? Kan ttp aja gw kena denda..kecuali blg besok terakhir ya,
bu, krn besok mulai ddenda..
v Sekiaaan :D
Bayu
Jubido:
§ Hwaduuh dpt pr
gw...
§ Bentar ye...
Ngejar kereta dulu ane...
IcHa :
·
Hooh,
tuh PR tanyain dosen..xixiixiiixixi
·
Siiipp..hati2
yaa
Bayu
Jubido:
§ Siaaaaap bos...:)
Dan
sekarang gw pun jadi dipaksa mikir cara jawabnya… (sambil bertekad mau sekalian
gw masukin ke blog)
Pertanyaan 1 :
v Knp
punishmentnya denda? Kan rumahnya pun udh a.n bank
Jadi penerapan punishment berupa denda ini
dibuat berdasarkan pada prinsip ta’zir dengan
tujuan agar nasabah dapat disiplin dalam melaksanakan kewajibannya.
Kalau memang rumah sudah atas nama bank…
terus apa iya gak perlu didisplinkan lagi…?
kenapa perlu disiplin – disiplin segala…
karena pembayaran angsuran kan kewajiban dari
nasabah.
Coba kalau kita lihatnya begini… elo
banknya… si ziya nasabah… ziya dari yang biasanya lincah… tiba-tiba kalem kaya
mau sakit… kasih suplemen dong atau vitamin…. Terus ziya rewel gak mau minum
obatnya… walhasil dipaksa minum juga kan… kalau gak begitu akan makin lama
sembuhnya… ziya suka gak suka… obatnya
tetap harus diminum kan biar sehat?
Dan walaupun rumahnya sudah a.n Bank, hmm… dikasih atau gak dikasih obat ziya tetep
anak elo kan? Kalau ziya sakit… elo ikutan ribet gak cha? Kalau menurut
gw… buat kita-kita yang udah gede bgini…
obat paling bener ya denda… pasti pada ngindarin suruh bayar denda kan tuh?
Jadi ya sebisa mungkin sehat terus…
v Pertanyaan ke2,
denda krn ga bisa bayar, orang ga bisa bayar ko malah dtambah beban lain..
Berdasarkan sumber ilmu yang paling benar
di muka bumi ini…
وَإِن كَانَ ذُو عُسْرَةٍ فَنَظِرَةٌ إِلَى مَيْسَرَةٍ وَأَن
تَصَدَّقُواْ خَيْرٌ لَّكُمْ إِن كُنتُمْ تَعْلَمُونَ
“Dan jika (orang yang berhutang itu) dalam
kesukaran, maka berilah tangguh sampai dia berkelapangan. Dan menyedekahkan
(sebagian atau semua hutang) itu lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui.” (QS.
Al-Baqarah [2]: 280.)
Tapiiiii…..
untuk penerapan dalam institusi perbankan ini sulit sepertinya, kaya yang gw
jawab sebelumnya… bila antar pribadi mungkin gak ada isu… gw ngutang ke elo,
terus gw masih sulit balikin duitnya… dan elo pun ngasih kelonggaran.
Bank kan lembaga
institusi formal cha, terikat juga dengan peraturan-peraturan Negara. Setiap
bulannya mereka menyiapkan beragam laporan ke bank Indonesia salah satunya
terkait status semua rekening pembiayaan yang ada di buku mereka. Yang
dilaporkan termasuk nama nasabah, nomor rekening pembiayaan, tanggal booking,
tanggal jatuh tempo, jumlah saldo harga pokok, jumlah sisa margin, nominal
angsuran, dll. Detail sampai ke salah satunya adalah status pembayaran
pembiayaan.
Status
pembiayaan ini menjadi signifikan karena bank wajib melakukan pencadangan
sesuai dengan jumlah hari tunggakan dari pembayaran. Istilahnya PPAP
(Perhitungan Pencadangan Aktiva Produktif). Semakin banyak yang bayarnya telat…
semakin banyak pula dana yang harus disiapkan untuk pencadangan ini… dan ini
tentu merugikan gak hanya bagi bank tapi untuk nasabah lainnya karena kewajiban
nasabah yang menunggak tersebut menjadi beban (gak secara langsung) bagi
nasabah yang lain.
Terus
gimana dong kalau gak bisa bayar?
Pertama-tama… kita lihat dulu kenapa tidak
bisa bayarnya… kalau itu kelalaian nasabah ya itu salah di pihak nasabah dong,
tapi kalau ketidakmampuan pembayaran karena adanya bencana force majeur maka
bank tidak dapat menagih piutangnya tersebut. (kasus ekstrimnya ya ini…)
Biasanya bila memang mengalami kesulitan
dalam proses pembayaran… nasabah dapat
menghubungi pihak bank dan melakukan penjadwalan ulang, hal ini praktek yang
berlaku di dunia perbankan. Antara rescheduling maupun restructuring dapat
didiskusikan bersama dengan pihak bank mana kiranya yang lebih baik.
v Pertanyaan 3, kalo yg jd
poinnya d akad, tp dlm akad, nasabah ga pny posisi tawar, krn pas gw tanya,
"ko ada denda? Kan syariah" niaga jwb, "sdh ketentuan"
Di setiap transaksi pembiayaan, ada wa’ad
ada akad…
apa bedanya?
- wa’ad itu janji-janji yang diinginkan oleh kedua pihak
- akad itu kontrak final diajukan oleh 1 pihak dan disepakati oleh pihak lainnya.
As a friend ya niy cha gw ngomongnya
(pendapat ini pendapat pribadi gak mewakili institusi tempat gw bekerja ya…)
“iya kalau ibu gak setuju dengan ketentuannya terus
kenapa kemarin disetujui perjanjian pembiayaannya? Tapi coba cari deh… pasti
semuanya ada dendanya… kalau pun ada yang dapat jeda sebulan… dia pakai simpan
deposit terlebih dulu kan… which mean… it’s the same in a matter of finishing
the installment within the tenor that has been agreed earlier before”
v Pertanyaan 4,
kmrn s mba yg nlp gw blg, "besok terakhir ya, bu" trs klo bsk gw msh ga
bisa bayar knp? Kan ttp aja gw kena denda..kecuali blg besok terakhir ya, bu,
krn besok mulai ddenda..
Ini udah gak ada hubungan sama syariah atau
konven ya cha, ini policy perbankan… karena yang nelpon2 juga biasanya siy
bagian semacam call center gitu… dan mereka udah diajarin gaya ngomongnya
begitu… gak ngaruh syariah atau enggak… J (gw juga suka males denger
telepon dari yang kaya beginian kok cha..
sama…)
Coba dicek ulang akadnya, denda dikenakan
per hari atau gimana? Kalau per hari ya anggap aja itu dia ngasih saran positif
biar denda elo gak tambah banyak… kalau per minggu/bulan status dendanya tetap…
ya udah… gak usah dipusingin… pastiin aja gak kelewat lagi… J
yang pertanyaan 3 maksudnya situasinya pas lagi akad, bay.. :D
ReplyDelete